filosofi pada saat ini


A.Latar Belakang
Dalam perkembangannya filsafat adalah hasil pemikiran ahli – ahli filsafat atau filosof- filosof sepanjang zaman dengan obyek permasalahan hidup di dunia. Sebagai ilmu filsafat telah banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Fisafat  telah mempengaruhi sistem politik, sistem sosial dan sistem ideologi semua bangsa. Filsafat juga mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan sendiri, termasuk filsafat pendidikan.
Pandangan para filosof ada kalanya saling mendukung tetapi tidak jarang pula berbeda atau berlawanan. Perbedaan ini sering muncul dikarenakan para ahli tersebut berbeda cara dalam meng-approach suatu masalah. Perbedaan ini dapat juga disebabkan oleh latar belakang pribadi para ahli tersebut, disamping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Oleh penelitian para ahli kemudian ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran ajaran filsafat.
Mengenai keberlangsungan pendidikan, saat ini sering muncul perdebatan mengenai proses dan hasilnya. Dua hal tersebut adalah hal yang sama pentingnya. Praktek perguruan tinggi sekarang sering dianggap hanya transfer ilmu dan transfer teknologi. Ini berarti, pendidikan hanya berjalan dalam aspek kognitif dan psikomotorik peserta didik. Kemudian, masalah yang muncul pendidikan hanya terasa sebagi beban dan tidak inspiratif. Agar terdapat kesadaran tentang apa yang dipelajari dan dapat terbangun dalam pemahaman, kegiatan pendidikan harus dimulai secara afektif. Inilah yang membuat alumni pendidikan menjadi berkarakter. Banyak filsuf yang fokus membahas pendidikan. Freire  misalnya, ia mendefinisikan pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia. Pendidikan membuat seorang manusia memiliki kemampuan kritisan  dan kemampuan untuk memahami apa yang ada dalam realitas. Berbeda dengan Freire, Dewey  mengannggap pendidikan sebagai proses Transformasi Sosial ke arah yang lebih baik. Pendidikan menurutnya bukanlah tujuan, melainkan perkembangan tanpa akhir, seperti hidup itu sendiri. Pendidikan menurutnya tidak berbicara mengenai angka, melainkan nilai.
Dengan adanya realita-realita tersebut, maka penyusun membuat makalah dengan judul “Filosofi pada Saat Ini”.


B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian dari filosofi?
2.Apa saja aliran filsafat modern?
3.Realita apa yang terjadi di pendidikan saat ini?
4.Apa kegunaan filsafat bagi manusia?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari filosofi
2.Untuk mengetahui aliran filsafat modern
3.Untuk mengetahui realita yang terjadi di pendidikan saat ini
4.Untuk mengetahui kegunaan filsafat bagi manusia


A.Pengertian Filosofi
Pendidikan dalam artian yang lebih filosofis berbeda dengan kegiatan pengajaran. Secara sederhana, pendidikan bisa berarti usaha memaknai dan mewujudkan untuk mencapai potensi terbaik  kehidupan manusia. Pendidikan lahir dan berkembang secara alami dalam budaya hidup manusia. Pendidikan dilahirkan oleh semangat  meningkatkan kualitas hidup.
Dalam sejarah budaya kegiatan pendidikan mulai terlembagakan melalui Akademia pertama kali dibentuk oleh Plato (abad 2 SM), dilanjutkan Lycheum oleh Arsistoteles (abad 1 SM) Perguan tinggi besar pertama diselenggarakan di Maroko abad 10, dan Al-Azhar Mesir abad 11. Tradisi Universitas berkembang di Eropa tahun 1300an. Ketika dunia terus berputar dan keseharian tetap berlangsung, manusia tetap mewarnai kemapanan-kemapanan yang sedang terjadi melalui pencapaian pendidikan. Semua terdapat dalam perkembangan zaman. Sebagai sesuatu yang identik dengan karakteristik manusia.
Filosofi adalah ilmu untuk memahami semua hal yang timbul dalam hidup manusia, sedangkan filosofi pendidikan merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan secara filosofis yang menjiwai, dan mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. Filosofi yang dianut hendaknya memenuhi syarat-syarat berfikir secara kritis, sistematis menyeluruh dan mendalam. Filosofi pendidikan dijiwai dan didasari oleh Pancasila, serta UUD 1945 yang merupakan perwujudan jiwa dan nilai-nilai pancasila.

B.Aliran Filsafat Modern
Aliran – aliran filsafat modern, yaitu :
1.Rasionalisme
Aliran ini dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650). Dia menegaskan bahwa dasar kokoh dari suatu pengetahuan adalah metode. Metode Descartes ini agak unik, dia berangkat dari menegasikan kebenaran suatu pengetahuan. Dia menyangsikan kebenaran suatu pengetahuan, dan dengan kesangsian itulah dia menguji kesahihan suatu pengetahuan. Apabila suatu pengetahuan bisa tahan terhadap uji sangsi ini, maka kebenaran pengetahuan itu boleh dibilang sahih.
Metode Descartes ini terbalik dengan yang lazim berlaku hingga saat ini, dimana untuk memeriksa kebenaran pengetahuan pada saat ini dilakukan dengan uji sahih, bukan uji sangsi. Descartes bersikukuh dengan metodenya itu, sebab menurutnya, mencari kekurangan dari suatu pengetahuan lebih penting daripada mencari kelebihannya. Karena ini akan sangat berpengaruh pada bagaimana kebenaran pengetahuan itu nantinya ketika dioperasikan.
Dengan meragukan sesuatu, maka seseorang akan menyadari bahwa dirinya sedang berpikir. Adanya kesadaran berpikir itulah basis pembangun eksistensinya. Cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Pikiran dan berpikir adalah tema sentral filsafat Descartes, karena hanya dengan itulah seseorang bisa mengerti suatu kebenaran pengetahuan secara jelas dan terpilah, clara et distincta.
Descartes memercayai ada tiga realitas sebagai substansi bawaan, yang  ada sejak manusia lahir. Ketiga realitas itu adalah; realitas pikiran (res cogitan), realitas perluasan materi (res extensa), dan realitas Tuhan.
2.Empirisme
Salah seorang pelopornya adalah David Hume (1711 – 1776). Hume berpendapat bahwa pengalaman itu adalah sumber pengetahuan yang didapat dari sifat lahiriah dan batiniah manusia. Oleh karena itu, Hume bersikukuh bahwa pengenalan inderawi akan menghasilkan pengenalan yang jelas dan sempurna.
Filsafat Hume mencermati dua hal, yaitu substandi dan kausalitas. Menurutnya, substansi hanya berisi kesan-kesan tentang beberapa ciri yang selalu ada pada sesuatu secara bersamaan. Karena  hanya dianggap sebagai kesan, maka Hume tidak sepenuhnya bisa menerima substansi.
Menurutnya, kesan adalah pangkal tolak dari suatu gagasan, adanya hubungan kausalitas antara kesan dan gagasan inilah yang menurut Hume juga menjadi hal penting untuk dicermati. Namun demikian, dia juga menolak aspek kausalitas ini sebagai kebenaran empiris. Sebab kausalitas hanya membicarakan kebiasaan yang sebenarnya sudah kita harapkan. Misalnya, kita merebus air untuk membuatnya panas.
Hume hanya percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia didapat dari pencerapan indra. Di mana terdapat batasan-batasan  tegas yang menerangkan tentang bagaimana kesimpulan itu bisa didapat dengan persepsi indra.
3.Kritisisme
Imanuel Kant (1724 – 1804) mencoba mencari sintesa dari pertentangan dua aliran filsafat ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing aliran memiliki nilai kebenaran dan kesalahan separuh. Bagi Kant, kenyataan bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra kita adalah sesuatu hal yang benar. Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan aspek akal pikiran yang jadi faktor penentu tentang bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita.
Terdapat kondisi-kondisi tertentu yang ikut menentukan konsepsi kita terhadap dunia. Pertama, kondisi lahiriah dunia dan kedua kondisi batiniah manusia. Kondisi lahiriah dunia yang menyangkut persoalan ruang dan waktu hanya dapat kita tangkap melalui indra kita. Sedangkan proses-proses perubahan dunia yang menjelaskan bahwa hukum kausalitas sedang berlaku, hanya dapat dipahami oleh aspek batiniah manusia.
Kritikan Kant terhadap pemikiran rasionalisme dan empirisme ini, adalah upaya untuk membuat sintesis yang selanjutnya diletakkan sebagai dasar bagi perkembangan aliran filsafat masa kini.
C.Realita Pendidikan pada saat ini
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan sejati tidaklah hanya mengisi ruang-ruang imajinasi dan intelektual anak, mengasah kepekaan sosialnya, ataupun memperkenalkan mereka pada aspek kecerdasan emosi, tapi lebih kepada mempersiapkan mereka untuk mengenal Tuhan dan sesama untuk pencapaian yang lebih besar bagi kekekalan.
Contoh realita pendidikan saat ini :
Pendidikan merupakan kebutuhan tersier pada kehidupan sekarang ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmatinya. Tidak jarang oleh beberapa orang pendidikan dijadikan bisnis karena nilai ekonominya yang sangat tinggi dan daya beli konsumen yang tinggi pula (tentunya konsumen yang mempunyai uang). Akhirnya orang yang tidak mempunyai biayalah yang tidak bisa merasakan bangku sekolah. Bahkan dikutip disebuah media cetak gelar sekolah internasional merupakan lisensi yang digunakan guna meraup untung. Otomatis dengan label “sekolah berstandar internasional” sekolah tersebut mendapatkan nilai gengsi yang lebih sehingga mudah sekali suatu sekolah berstandar internasional menaikkan uang pungutan dari siswa.
Peran beasiswa pendidikan juga tidak terlalu berpengaruh besar dari sisi ekonomi siswa. Banyak kasus malah penerima beasiswa malah orang kaya (ber-uang). Dan banyak pula diantara mereka setelah menerima uang beasiswa mampu membeli laptop baru, HP baru, mengecat motor, belanja, dan lain sebagainya. Namun ketika lebih spesifik melihat realita yang ada banyak siswa yang membutuhkan uang tersebut “untuk pendidikan dan murni untuk pendidikan”. Peran instansi pendidikan dalam kasus ini adalah sekolah harus lebih kualifikatif dalam memberikan uang beeasiswa kepada siswa yang membutuhkan, bukan asal siswa tersebut pintar. Bagaimana kalau dia pintar tetapi kaya? Tidak ada artinya uang tersebut.
Pendidikan hari ini telah banyak diwarnai dengan berbagai pencorengan terhadap moral. Kasus guru-guru yang berbuat asusila, mahasiswa melakukan asusila, tindakan siswa yang melakukan tindakan anarkis, bahkan hingga kasus pembunuhan. Lembaga pendidikan hari ini tidak lagi menjadi sebuah wadah bagaimana mengajarkan tenaga didiknya untuk kemudian dapat memahami esensi dan substansi dari sebuah proses pendidikan. Lembaga pendidikan hari ini lebih tak ubahnya seperti pabrik yang mencetak orang-orang yang haus akan nilai dan gelar kesarjanaan. Lembaga pendidikan hari ini pun bukan lagi sebagai lembaga pengayom moral dan perluasan pengetahuan dimana syarat akan substansi dan esensi dari berbagai materi ajar yang diberikan, tapi lebih kepada bagaimana anak didik lulus dengan suatu peringkat tertentu.
Realita negeri hari ini sangat mencengangkan. Ada 15% masyarakat yang hari ini berada dibawah garis kemiskinan, dan sebagian kecil rakyat yang memang mendapatkan pendidikan yang layak. Di Jawa Timur, seorang siswa yang berprestasi karena keterbatasan dana tidak mampu untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ironi sekali menjadi orang miskin di negeri ini, padahal UUD 1945 telah menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

D.Kegunaan Filsafat Bagi Manusia
Melalui pemikiran filsafat, manusia dimungkinkan dapat melihat kebenaran tentang sesuatu diantara kebenaran-kebenaran yang lain. Hal ini dimungkinkan ia mencoba mengambil segala kemungkinan informasi (alternatif) diantara alternatif kebenaran yang ada ketika itu. Dalam hal ini manusia yang mampu mengadakan pilihan-pilihan yang tepat terhadap masalah – masalah yang dihadapi, maka ia belajar mendekati “kebijaksanaan”.
Seorang yang bijaksana akan memiliki kemungkinan yang paling tepat dalam usahanya mencapai “kesejahteraan hidup”. Karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala masalah yang muncul dan yang dihadapi.
Di samping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya kita dapat menyelaraskan antara logika, rasa, rasio, pengalaman, dan agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu: “ Mencapai Hidup Sejahtera ”.
Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja menceburkan diri ke dalam salah satu perbuatan atau situasi, karena ia selalu sadar, bahwa ia berbuat tentang sesuatu atau tidak berbuat tentang sesuatu itu. Di sini peranan filsafat ialah secara kritis menyerasikan kehidupan manusia, sehingga tampak sikap hidup manusia serta arah yang mendasarinya di dalam usaha mereka mencapai kesejahteraan hidup tadi.

Simpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.Filosofi adalah ilmu untuk memahami semua hal yang timbul dalam hidup manusia.
2.Aliran – aliran filsafat modern adalah rasionalisme, empirisme, dan kritisisme.
3.Realita pendidikan saat ini sangat memprihatinkan.
4.Kegunaan filsafat bagi manusia adalah manusia dapat melihat kebenaran tentang sesuatu di antara kebenaran – kebenaran yang lain, memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman, dan agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu : “ mencapaihidup sejahtera”, dan secara kritis menyerasikan kehidupan manusia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar